Fogging, masih perlukah?
Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Fogging adalah kata umum yang diketahui masyarakat awam untuk membasmi nyamuk Demam Berdarah. Fogging dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida. Biasanya fogging dilakukan dengan ketentuan adanya temuan kasus Demam Berdarah di suatu tempat (insidentil) namun ada kalanya dilakukan secara rutin. Fogging merupakan cara praktis yang mudah dilakukan namun menimbulkan masalah kesehatan seperti polusi udara dan membuat sesak orang yang berada di sekitarnya.
Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Masih perlukah fogging dilakukan dan kapan waktu yang tepat?
Pelaksanaan fogging tidak dapat dilakukan secara fokus. Kegiatan fogging memiliki ketentuan, misalnya: dilakukan radius 200 meter dan sebanyak 2 kali dengan jeda waktu seminggu. Tujuannya untuk menghentikan pertumbuhan nyamuk dewasa. Mengetahui jam kerja nyamuk dewasa DBD beroperasi sangat penting sehingga pelaksanaan fogging dilakukan pada waktu yang tepat.
Fogging masih diperlukan dengan memperhatikan beberapa persyaratan, waktu yang tepat dan diikuti dengan adanya perubahan perilaku masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya.
Bijaksana memutuskan fogging atau tidak juga sangat berhubungan untuk mencegah resistensi insektisida terhadap nyamuk dewasa penyebab DBD. Kajian mengenai fogging diantaranya bahwa fogging efektif mengurangi populasi nyamuk Aedes dalam waktu 5 minggu setelah penyemprotan. Ada juga publikasi yang memaparkan resistensi insektisida terhadap nyamuk DBD.
Cara-cara klasik dan slogan 3 M yang kini juga dipakai dalam penanganan Covid 19 namun masih relevan untuk diingat dan dilakukan oleh masyarakat seperti menguras, menutup dan mengubur tempat penampungan air. Segala hal yang berhubungan dengan air pasti berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk. Maka sangat penting untuk peka dengan habitat nyamuk DBD.
Dengan mengenal habitat nyamuk maka kita bisa memutus mata rantai penyebaran DBD dari siklus hidup nyamuk berupa jentik nyamuk. Bukankah lebih mudah membunuh nyamuk dalam kondisi masih berupa jentik dengan pola pikir 3M.
Nah, jika sudah memiliki pola pikir sama maka masih perlukah fogging dilakukan?
Dahlia Lidia S
Penulis adalah seorang guru privat dan konsultan kesehatan individu.
Comments