Kemana Tujuan Akhir Kereta Anda?

 
Stasiun perhentian pada siang hari


Stasiun perhentian pada malam hari


Pengguna setia kereta api listrik (KRL) Commuter Line di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) pasti akan menanyakan kalimat judul di atas sebelum menaiki kereta api di stasiun transit Tanah Abang. Perubahan rute kereta api membuat para pengguna KRL belajar mendengar arahan dari petugas melalui pengeras suara atau bertanya kepada petugas di stasiun, kemana tujuan akhir kereta ini? pengetahuan mengenai tujuan akhir kereta api menentukan kereta dan jalur mana yang akan kita naiki.

Sebagai contoh sederhana, ketika kita hendak pergi ke Bekasi, dahulu kita harus transit dua kali jika berangkat dari stasiun Serpong, pertama di stasiun Tanah Abang lalu di stasiun Manggarai. Tetapi sekarang, ada kereta jurusan Bekasi yang bisa dinaiki tanpa transit di stasiun Manggarai. Kita mengetahuinya ketika sampai di tujuan transit dengan menyimak petunjuk dari loudspeaker petugas atau bertanya kepada petugas yang berjaga. Kemampuan mendengar dan bertanya yang baik menjadi kunci keberhasilan mencapai stasiun akhir tujuan perjalanan.

Bayangkan jika tidak mendengar dengan hati-hati, bisa jadi kita salah naik kereta yang berakibat transit dua kali atau jika tidak sabar menunggu, biaya yang kita keluarkan akan menjadi lebih besar. Maka, sikap sabar menanti kereta yang membawa kita pada stasiun tujuan akhir menjadi hal yang perlu dibiasakan. Lama-lama karena terbiasa menggunakan kereta api dan bersabar menunggu kereta tujuan akhir akan membentuk karakter yang sabar, pandai mendengar dan bertanya. Bukankah hal positif yang terus dipupuk akan menjadi pembiasaan yang baik pula?

Selain itu, kita juga harus cakap menilai perjalanan mana yang jauh dengan melewati stasiun perhentian yang lebih banyak dengan perjalanan pendek dengan melewati stasiun perhentian sedikit namun dengan tujuan akhir stasiun yang sama. Kita belajar mengambil keputusan yang bijak dengan mengukur efektivitas waktu perjalanan kereta. Dalam kondisi normal bila dibandingkan dengan kendaraan pribadi mobil maka prediksi waktu menggunakan kereta api mencapai tujuan akhir perjalanan jauh lebih cepat dan efisien. Tetapi faktor tak terduga, misalnya: aliran listrik tidak lancar atau longsor pada sambungan rel bisa menjadi kendala yang mengakibatkan perjalanan kereta menjadi sangat sulit diprediksi

Lalu, pertanyaannya mengapa kita perlu menyimak dan bertanya tujuan akhir kereta api kepada petugas di stasiun? Jika kita cakap sebagai konsumen KRL, kita akan tahu bahwa stasiun yang tertuliskan pada papan berjalan berwarna merah stasiun tidak serta merta menunjukkan stasiun akhir tujuan kereta, misal: tertulis stasiun Kampung Bandan tetapi ternyata ketika kita bertanya kepada petugas, kereta ini bisa melanjutkan perjalanannya hingga ke stasiun Bekasi atau malah hingga stasiun Cikarang.

Tantangan kereta api di tanah ari selanjutnya adalah tidak tergantung pada pasokan listril yang menggerakkan jalannya kereta api bersumber dari fosil. Tetapi memikirkan keberlanjutan sumber pasokan listrik dari non fosil. Kereta api juga harus mengalami terobosan Inovasi Energi Terbarukan (EBT) seperti halnya mobil hybrid yang tela ada saat ini.
Inilah beberapa pengalaman penulis menikmati kendaraan massal kereta api di Jakarta yang sengaja dituliskan. Semoga bermanfaat bagi setiap yang membaca.

Artikel ini telah tayang di Kompasiana, 09 Juli 2022

Mari berinovasi! Salam sehat!

Penulis,
Dahlia Lidia S





Comments

Popular posts from this blog

Tematik: Ayo, Membuat Kolase Bebek!

Mimpi Punya Laptop Asus

Amazing animals