Melatih, Sarana Memperkuat Percaya Diri Siswa

 

Sumber gambar: Sport Birmingham


Pada hari Sabtu, 14 Agustus 2021, AISEI InspiraAction menghadirkan webinar mengenai "Coaching, a new way to empower the students". Webinar ini dibawakan oleh ibu Andri Nurcahyani, kepala sekolah SMP SMA Sekolah Bogor Raya. Beliau berbagi pengalaman mendapatkan materi coaching guru penggerak. Peserta yang hadir bisa dibilang lumayan besar sekitar 30-40 orang dan ada salah satu peserta dari Amerika. Saya tidak mengikuti acara tersebut sampai dengan selesai karena kondisi kesehatan.

Webinar berjalan cukup interaktif karena turut melibatkan keaktifan peserta dengan meminta peserta menuliskan jawaban pada kolom chat zoom. Di sela penyampaian materi juga diperlihatkan sebuah video dalam bahasa Inggris yang pesannya memberikan umpan balik itu penting. Sayangnya tidak ada interpreter disediakan.

Pertanyaan yang saya ikuti adalah "Apa bedanya teaching, mentoring, coaching dan counseling". Banyak jawaban beragam yang tertulis pada media chat zoom. Tetapi menurut saya perbedaanya tidak terlalu bervariasi. Dalam jawaban yang ditampilkan bu Andri pada slide di bawah ini, jawabannya cukup terarah dibedakan dari empat kriteria tujuan, fokus, cara dan ahli.


Namun karena hari ini topiknya tentang coaching maka lebih difokuskan membahas hal-hal apa saja yang terkait dengan coaching. Satu hal yang pasti sebelum melatih siswa tentu karakter baik dari seorang pelatih harus dimiliki. Melatih siswa lebih percaya diri dengan potensi yang dimilikinya bukan pekerjaan yang mudah. Pelatih yang baik harus terlebih dahulu melatih dirinya untuk menjadi pribadi yang disebut sebagai pelatih yang andal, misalnya: selalu fokus hingga tuntas pekerjaan yang sudah dikerjakan, dapat dipercaya, sabar terhadap siswa, dsb. 

Keahlian dasar yang perlu dimiliki oleh seorang pelatih adalah kemampuan untuk mendengar dan selalu mempunyai keinginan untuk bertanya (questioning to stimulate). Kita sadari bersama, rata-rata orang Indonesia jarang atau bahkan tak pernah bertanya atau malah ketika bertanya, tidak langsung ke apa yang ditanyakan. Saya punya pengalaman dengan seoarang wanita asing ketika kami duduk bersama di sebuah acara kedutaan besar Amerika Wanita ini bertanya kepada saya, "Mengapa orang Indonesia ketika bertanya tidak langsung ke inti pertanyaannya?" Saya pun terkejut dengan pertanyaan wanita asing ini dan merenungkannya.

Sedikit sekali dari kita yang senang mendengar ketimbang berbicara. Orang lebih senang didengarkan daripada mendengarkan padahal kita diberikan dua telinga, artinya porsi mendengar harus lebih besar daripada berbicara. Bahkan ada seorang pria bule yang sudah cukup lama tinggal di Indonesia pernah mengucapkan kepada saya keterampilan yang kurang dimiliki oleh orang Indonesia adalah mendengar. Sekali lagi saya pun terdiam dan berpikir ada benarnya ucapan pria bule tersebut. 

Menjadi seorang pelatih andal dalam bidang spesifik merupakan perjalanan panjang. Coaching adalah skill yang bisa dimiliki oleh siapa saja yang rajin dan bertekun. Coaching juga bukan bawaan dari lahir (faktor genetika). Coaching itu talenta karena tidak semua orang mendapatkan karunia untuk menjadi seorang pelatih atau guru. Jadi, kalau dalam diri kita menyadari memiliki talenta tersebut, latihlah dengan tekun sehingga akan banyak murid yang kita ajar atau latih menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan kehidupan setelah selesai bersekolah kelak.

Sumber gambar: Becoach academy online learning


AISEI#InspirAction#Coaching#AndriNurcahyani



salam coaching,

Dahlia Lidia Silitonga

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi Punya Laptop Asus

Hujan di bulan Desember

Tematik: Poster Menjaga Kebersihan