Pemerataan Ketersediaan Listrik di Indonesia
Sumber gambar: BBC News Indonesia
Energi listrik merupakan sarana vital bagi kehidupan generasi bangsa. Generasi tanpa listrik seperti yang terlihat pada potret anak belajar tanpa listrik. Kondisi pada gambar di atas, kita masih jumpai di pelosok nusantara hingga tahun 2021. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya dan potensi kekayaan alam Indonesia yang belum tereksplorasi sepenuhnya menjadi tantangan dalam menghadirkan kehidupan terang bagi penduduknya.
Amanat pada sila kelima Pancasila berbunyi "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" adalah mewujudkan prinsip keadilan pemerataan (equity) termasuk ketersediaan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam rangka mewujudkan sila kelima Pancasila maka pemerintah mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur pembangkit tenaga listrik setiap tahun, khususnya di pulau terluar dan tertinggal. Namun ketersediaan listrik belum secara merata baik kuantitas dan kualitas dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Kita bisa menyaksikan masih ada desa yang belum terlistriki karena akses yang sulit dari media.
Mengacu pada data dari Kementerian ESDM, per April 2020 terdapat 433 desa yang belum dialiri listrik, diantaranya ada 324 desa terletak di provinsi Papua, 103 desa terletak di provinsi Papua Barat, 5 desa di provinsi NTT dan 1 desa di provinsi Maluku. Maka strategi pemetaan tantangan rumah tangga pada tingkat desa yang belum teraliri listrik beserta potensi sumber daya lokal energi terbarukan menjadi sangat penting. Pemetaan dengan pemanfaatan sistem penginderaan jauh dan sistem informasi geografis sebanyak 11.258 desa tertinggal di Indonesia dengan potensi sumber daya alam lokal.
Secara sederhana, sumber daya fosil tidak bertahan lama apalagi jika terus menerus digunakan. Kita memperkirakan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan keterbatasan sumber daya fosil. Maka untuk mensiasatinya, kita perlu mencari terobosan sumber energi terbarukan dengan cara memetakan potensi alam Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang mampu diubah menjadi energi listrik. Oleh karena itu, keterlibatan partisipasi sektor swasta melalui program Public Private Partnership, pemberdayaan masyarakat lokal dan dukungan kebijakan pemerintah amat sangat diperlukan. Pemberdayaan masyarakat setempat menggali potensi energi terbarukan sebagai bagian dari solusi ketersediaan listrik berkelanjutan di tempat tinggalnya menjadi efektif dan efisien.
Tantangan untuk menggantikan sepenuhnya sumber daya fosil dengan sumber daya energi terbarukan memerlukan sebuah perubahan cara berpikir, growth mindset. Proses perubahan dari pembangunan rendah karbon menuju pembangunan ekonomi hijau melewati sebuah transisi energi berkesinambungan. Bappenas telah menyusun kerangka perencanaan, Indonesia mencapai emisi nol dengan peningkatan pemanfaatan energi bersih sebesar 96% sehingga kita bisa membayangkan pada tahun 2060, di Indonesia tidak ada lagi desa gelap gulita, mobil berbahan bakar fosil dan rumah hewan yang rusak.
Sumber gambar: BBC news Indonesia
Gambar di atas merupakan potret pulau Mesah, provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah teraliri listrik pada tahun 2019 melalui ketersediaan pembangkit tenaga surya pada daerah perbukitan berjarak belasan meter dari pemukiman penduduk. Kehidupan tanpa listrik telah berubah seketika setelah kehadiran energi listrik di pulau tersebut. Perubahan kesejahteraan ekonomi, sosial dan pendidikan masyarakat pulau Mesah amat dirasakan, misalnya dengan kehadiran listrik maka penggunaan alat-alat rumah tangga baik untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan dan berdagang bisa dilakukan walaupun belum sepenuhnya berfungsi selama 24 jam (BBC News Indonesia).
Berbicara tentang pembangkit tenaga surya, Indonesia adalah negara tropis yang kaya melimpah dengan adanya matahari yang bersinar sepanjang hari dengan musim hujan dan kemarau bergantian. Seluruh tanah air menikmati sinar matahari. Kita dapat menemukan potensi alam secara nyata dari sinar matahari yang ekstrim pada wilayah timur Indonesia khususnya provinsi Nusa Tenggara Timur dengan habitat alamnya yang khas berupa hutan sabana dan stepa. Maka tak heran, energi bersih dapat diwujudkan melalui pembangunan pembangkit tenaga surya pada pulau-pulau di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Indonesia kaya dengan kelapa sawit. Kita bisa melihat dengan mata hamparan tanah pada pulau Sumatra dan Kalimantan yang sebagian besar lahannya ditanami oleh kelapa sawit. Kelapa sawit memiliki banyak manfaat mulai dari buahnya hingga limbah yang dihasilkan. Baik limbah padat kelapa sawit berupa cangkang dan cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan alam untuk energi listrik. Dari limbah yang tidak berguna menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.
Cangkang kelapa sawit sudah dimanfaatkan oleh Jepang sebagai energi terbarukan. Kita hanya mengekspor limbah tetapi mereka memiliki teknologinya. Potensi listrik yang dihasilkan dari limbah sawit tidak tanggung-tanggung mencapai 12.654 MW. Bayangkan berapa banyak rumah yang terlistriki dengan bermodal dari cangkang kelapa sawit. Kalau kita menghitungnya dengan asumsi 1.300 watt per rumah tangga maka 12.654 MW akan mampu menghadirkan terang untuk 3.414.571 pelanggan rumah tangga (www.esdm.go.id).
Sumber gambar: cangkangsawit
Laut Indonesia yang kaya ternyata menyimpan potensi energi baru terbarukan. 70 % wilayah Indonesia adalah laut. Berbagai literatur menyebutkan studi gelombang laut, arus laut, pasang surut air laut yang mampu menghasilkan energi listrik. Berbagai publikasi ilmiah menuliskan potensi energi laut Indonesia mampu menghadirkan listrik sebesar 727.000 MW. Bila dikelola dengan baik dan benar, potensi yang sangat besar ini akan memberi manfaat bagi kebutuhan penduduk.
Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Dari segi lingkungan, penggunaan energi bersih mampu menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Pemberitaan di media beberapa hari terakhir yang menggambarkan benua Antartika diliputi oleh salju mencair menjadi cermin bahwa pemanasan global sudah benar-benar terjadi. Potret di bawah ini adalah gambaran habitat beruang kutub yang semakin memprihatinkan.
Sumber gambar: Okezone Techno
Pemanasan global terkait erat dengan konsumsi penggunaan bahan bakar fosil, misalnya berkendara dengan menggunakan mobil bahan bakar minyak, memasak dengan menggunakan gas elpiji, dan penggunaan freon pada alat-alat rumah tangga. Polusi udara di kota besar diakibatkan pencemaran udara oleh pabrik dan penggunaan mobil berbahan bakar fosil. Hanya selama pandemi Covid-19, kenyataan di lapangan menunjukkan terjadi penurunan signifikan polusi udara. Itulah dampak positif pandemi Covid-19 akibat perubahan digital secara mendadak dan cepat.
Kita bisa turut berkontribusi dalam pemanfaatan energi bersih seperti mencabut charger setelah selesai mengisi baterai handphone, berjalan kaki atau bersepeda ketika hendak bepergian menuju lokasi yang dekat, kurangi perjalanan penerbangan udara, berkendaraan umum dan hemat energi. Bila dilakukan secara konsisten maka kita telah menunjukkan sikap peduli terhadap lingkungan.
Tentunya kita tidak ingin mewariskan kualitas lingkungan yang buruk kepada generasi selanjutnya. Oleh sebab itu, mulailah dari diri sendiri. Mari kita ajarkan anak-anak kita untuk mencintai bumi melalui teladan dari orangtua di rumah. Ayo, kita selamatkan bumi dengan pemanfaatan energi bersih, teman-teman!
Sumber gambar: freepik
Penulis,
Dahlia Lidia Silitonga
1.001 kata
Comments