Opini Webinar Praktik Baik Kegiatan Eliminasi Malaria

Eliminasi malaria merupakan suatu tujuan nasional secara bertahap yang sudah disusun oleh para pemangku kepentingan agar diraih Indonesia bebas malaria pada tahun 2030. Menuju eliminasi malaria bukanlah hal yang mudah karena ada banyak tantangan yang dihadapi baik di pusat maupun daerah. Penghargaan sertifikat eliminasi malaria selalu diberikan pusat kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menunjukkan apresiasi atas jerih payah daerah turut mensukseskan eliminasi malaria setiap tahunnya pada saat hari peringatan Hari Malaria se-Dunia (HMS). Berangkat dari praktik baik eliminasi malaria maka hari ini diadakan sharing praktik baik eliminasi malaria dari dinas kesehatan kabupaten Purworejo, puskesmas Siko dan puskesmas Sanama.

Webinar hari ini dibuka oleh adinkes yang dikepalai oleh Bapak M. Subuh dan turut hadir Bapak Guntur dari program Malaria. Saya menyimak pembukaan dari Bapak M. Subuh mengenai pengalaman lapangan turut mendampingi eliminasi malaria di Purworejo. Satu hal yang menarik bagi saya adalah ternyata pembangunan jamban di desa turut berkorelasi dengan angka kejadian malaria akibat kebiasaan buang air besar (BAB) di luar rumah. Solusi yang diberikan beliau tepat dengan berkolaborasi mengusulkan pembangunan jamban kepada dinas PU setempat. Selama ini dalam pemikiran saya, jamban selalu berkaitan dengan penyakit Diare dan Stunting.

Paparan presentasi yang diberikan berupa capaian program malaria dan praktik baik yang dilakukan oleh dinas kesehatan Purworejo, puskesmas Siko dan puskesmas Sanama juga turut menambah wawasan saya. Diantara banyak strategi yang dipaparkan hanya satu inovasi yang menurut saya bisa menjadi contoh diikuti oleh teman-teman dinas kabupaten dan puskesmas lain. Dinas kesehatan kabupaten Purworejo menggandeng masyarakat lokal dengan melibatkan juru malaria desa  (JMD). Bukan hanya itu saja juga turut membayar upah bulanan juru malaria desa (JMD) dengan menggunakan dana desa. Juru malaria desa dan dana desa adalah sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.


Puskesmas Siko di kota Ternate juga tak kalah membagikan praktik baiknya siap jemput slide positif (SJSP 1X24 jam). Menarik dengan praktik baik dari puskesmas Siko tetapi kita sebaiknya mengkritisi, kenapa slide positif harus dijemput? 

Dalam paparan dituliskan tujuan mengurangi resiko salah baca slide malaria dan diagnosa serta memnimalkan pemberian obat malaria pada kasus false positif malaria. Lalu dibagikan juga nilai slide parasite rate (SPR), Annual Blood Examination Rate (ABER) dan jumlah slide yang diperiksa serta positif slide. Melihat nilai tersebut, kita bisa bercermin sudah sejauh mana kualitas mikroskopis puskesmas. Apakah kedepan masih perlukan anggaran pelatihan tenaga mikroskopis dan crosschecker di tingkat puskesmas dan atau kabupaten.


Paparan praktik baik selanjutnya yang dibagikan dari puskesmas Sanama di Maluku Utara. Pemanfaatan dana desa ternyata efektif sebesar 89% untuk dilakukannya kegiatan eliminasi malaria. Kita tak bisa terus mengharapkan bantuan donor, tetapi kesinambungan dana harus dari kita sendiri. Dengan adanya dana desa yang dialokasikan secara tepat sasaran menjadikan berjalannya kegiatan eliminasi malaria setempat. Praktik baik yang dibagikan adalah komunikasi komunitas lokal dan pos malaria terpadu di daerah lokus menjadi strategi eliminasi malaria.

Kegiatan pengendalian vektor ramah lingkungan dengan menggunakan bahan alami atau biolarvasida. Bactivex adalah pembunuh larvasida alami yang sudah direkomendasikan WHO dan telah diterapkan penggunannya (evidence) secara penyemprotan (spray) di beberapa negara di Afrika. 



Kunci pemanfaatan cairan larvasida alami supaya bekerja efektif adalah disemprotkan pada keadaan air tidak mengalir atau tergenang (breeding place). Bactivex juga mampu membunuh larva nyamuk Aedes dan Culex. Dengan adanya inovasi penggunaan larvasida biologi atau disebut Bacillus thuringensis Israelensis H-14 maka mengurangi pencemaran lingkungan perairan. Dalam kesimpulan di bawah ini sudah dituliskan efikasi larva lebih dari 90% namun tidak disebutkan larva species nyamuk. Penelitian lapangan sebaiknya dilakukan untuk memonitor dan mengevaluasi efikasi pada species nyamuk Anopheles di daerah endemis malaria. Inovasi Bactivex bentuk bubuk atau serbuk turut direkomendasikan oleh pak Guntur.



Semoga webinar praktik baik kegiatan eliminasi malaria menjadi inspirasi bagi kita semua yang hadir.


Salam sehat,

Salam Indonesia bebas malaria 2030,


Dahlia Lidia S.



Comments

Unknown said…
Dear Dahlia sukses u tulisannya. Sedikitbinput Dr.Moh.Subuh adalah Ketua ADINKES- Assosiasi Keoaka Dinas seluruh Indonesia.
Kedia Bactivet adalah larvasida pembunuh larva nyamuk atau masyarakat mengenalnya sebagai jentik nyamuk.
Excellent Ms 👍👍👍
Ya, pak terima kasih input dan kunjungannya ke blog pak.
with pleasure and thank you for coming, Ms.

Popular posts from this blog

Mimpi Punya Laptop Asus

Tematik: Poster Menjaga Kebersihan

Hujan di bulan Desember