Buku batak kuno (Pustaha Laklak)


Serpong, 21 Mei 2020


Hari ini saya mendapatkan kiriman video WAG dari seorang teman berupa film dokumenter judulnya" Pustaha Laklak" atau terjemahan bahasa Indonesia adalah buku batak kuno. Di dalam video ini diceritakan mengenai seorang bapa tua yang memanggil anak anaknya di desanya, nama tempatnya tidak disebutkan. Bapa tua ini mengajar dengan cara sederhana menanyakan benda apakah yang dipegangnya dari semua jawaban tidak ada jawaban anak anak itu yang benar ataupun mendekati namun Bapa tua itu dengan sabar mengenalkan Pustaha Laklak.

Pustaha laklak ditulis dengan aksara batak di atas kulit kayu dan dilipat menyerupai akorodian panjangnya bisa mencapai 7 meter dengan lebar 60 cm dan ditulis dengan tinta tebu seperti membatik. Pustaha laklak berisi ilmu pengetahuan, nasehat, peramalan yang dipercayai nenek moyang bangsa Batak. Seperti yang kita ketahui bahwa suku bangsa Batak memiliki 5 sub etnik di sepanjang 7 kabupaten yang dialiri oleh danau Toba.

Pustaha laklak termasuk arkeologi nasional, menjadi warisan budaya bangsa dan perlu dilestarikan dengan mengajarkan nilai nilai leluhur yang benar kepada anak cucu kita. Nilai nilai budaya, pengobatan dan kepercayaan asal mula alam semesta serta peramalan penanggalan baik dan tidak baik misalnya: tanggal baik nelayan mencari ikan di danau toba perlu dikaji apakah masih relevan atau tidak dengan kemajuan zaman, apakah sesuai dengan nilai keyakinan yang kita anut atau bertentangan.

Pustaha laklak pun mengalami kemunduran sejak masuknya pengaruh agama Kristen dan Islam yang dibawa oleh misionaris dan perang padri ke tanah batak, nilai nilai magic atau hadatuan dari Pustaha laklak yang menyimpang dari nilai ajaran agama dimusnahkan sehingga praktek tulis menulis aksara batak pun hilang dan sejak itulah tidak ditemukan lagi penulisan aksara batak di Pustaha Laklak sekitar tahun 1920.

Namun pustaha laklak bukan hanya bisa kita temukan di perpustakaan di Indonesia tetapi juga di perpustakaan Belanda, Inggris dan Jerman yang kemungkinan penjajah membawanya, Pustaha laklak pun mengalami digitalisasi mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan nilai nilai budaya  yang tertulis di dalamnya. Setelah mendapatkan pengajaran singkat dari bapa tua, anak anak mengerti, mengenal dan semakin mencintai warisan budaya bangsa dengan pemahaman yang selaras dengan nilai keyakinan yang dianut.

Mari kita mencintai dan melestarikan warisan budaya bangsa dengan bijak.
Salam literasi.

Dahlia L. Silitonga

Comments

Luar Biasa jd lbh mengenal sejarah

Popular posts from this blog

Mimpi Punya Laptop Asus

Hujan di bulan Desember

Tematik: Poster Menjaga Kebersihan