Buku diary pertamaku


Serpong, 29 Mei 2020


Hari ini perjalanan keluar rumah dimulai dengan pergi ke Apotik, ku siapkan catatan obat papa yang hendak dibeli, sepatu, topi dan masker tak ketinggalan. Sebelum berangkat, tak lupa berdoa supaya berjalan dalam penyertaanNya. Aku pun melangkahkan kakiku dengan riang. Ku tunggu angkot arah tujuan BSD dengan sabar. Hanya aku sendiri di dalam angkot hingga tujuan BSD dan aku tiba dengan selamat di tujuanku.

Ketika hendak masuk, ku lihat ada seorang ibu pemulung dan anaknya menaruh barangnya di depan Apotik, tanpa pikir panjang ku berikan tanganku padanya dan mengajar anak itu menggunakan hand sanitizer di tempat yang sudah disediakan oleh pihak Apotik. Kelihatannya anak dan ibu itu hendak membeli vitamin. Tetapi tak berapa lama tiba giliranku, aku pun mengeluarkan catatan dari dalam tasku dan memberikan kepada petugas agar pesanan obat papa disiapkan. Ada satu jenis obat papa yang kurang lengkap karena habis dan ku minta petugas menuliskannya di kertas pesananku.

Keluar dari Apotik, aku cuci tangan lagi dengan hand sanitizer, hendak membeli roti tawar dan kue abon kesukaan mama, jaraknya tak jauh dari Apotik kira kira 200 m. Akhirnya sampai juga di toko roti, tak lupa menjaga jarak dengan penjual ketika berkomunikasi dengan tetap menggunakan masker.

Aku melanjutkan perjalananku untuk berbagi dan mencari hadiah untuk mama di suatu tempat namun aku tak menemukan yang cocok. Baik masuk dan keluar dari suatu tempat pun selalu bermasker dan melakukan prosedur hand hygiene. Lantas aku memutuskan untuk pulang ke rumah karena hari sudah siang. Sepanjang perjalanan, aku merasakan dampak ekonomi yang bermakna dan menyentuh semua lapisan masyarakat karena pandemik Covid 19. Dan satu pelajaran pendidikan kesehatan masyarakat membudayakan perilaku menjaga kebersihan tangan.

Ada satu pemandangan yang sangat menyentuh hati ketika aku melihat di depan perumahanku, tim polisi membagikan makan siang kepada security di depan komplek rumahku, dapur umum kasih itulah nama spanduk yang tertempel di mobil tim polisi itu. Tindakan kasih berupa berbagi telah menjadi bukti konkret, tak hanya sekedar spanduk. 

Semoga pandemik ini segera berlalu dan kehidupan kembali berjalan normal itulah yang menjadi doa dan harapan kita bersama. Tentunya perilaku menjaga kebersihan tangan akan terus kita lakukan setelah pandemik ini berakhir dimanapun dan kapanpun.




Dahlia L. Silitonga

Comments

A. MERDIANTO said…
Amin, meskipun pada akhirnya kita harus berdampingan dengan Covid-19, tetap harus sesuai protokol kesehatan ya Bu. Stay being kind too.
Sri Handayani said…
Aamiin, sebenarnya kebiasaan cuci tangan sudah di gembar-gemborkan dari nenek moyang, cuma dg adanya covid-19 ini semakin dikedepankan...sampai tiap depan rumah di desa sampai kota ada wadah airx...

Popular posts from this blog

Tematik: Ayo, Membuat Kolase Bebek!

Mimpi Punya Laptop Asus

Amazing animals