Posyandu New Normal
Era pandemik memaksa kita untuk mampu beradaptasi dengan kebiasaan
dan norma yang baru termasuk pelayanan posyandu. Inilah yang ingin ku
bagikan kepada teman temanku percakapanku dengan koordinator bidan di
salah satu puskesmas tepatnya di tanggal 23 Mei 2020. Keponakanku yang
berumur 9 bulan seharusnya mendapatkan imunisasi campak rubella di
posyandu namun karena pandemik akhirnya ke puskesmas. Dan rasa ingin
tahuku juga menuntun langkahku untuk datang dan berdiskusi panjang dengan petugas imunisasi di
puskesmas.
Aku pun disambut dengan baik oleh ibu koordinator
bidan di puskesmas. Kami berdiskusi cukup panjang mengenai penyebab
tertundanya pelayanan imunisasi di posyandu selama lebih dari 3 bulan karena situasi pandemik
dan apa tindak lanjut ke depan dari puskesmas. Ternyata ada penyebab di balik
semuanya ini dan komunikasi positif memberikan jawaban berarti bagiku.
Bukan hanya di komunitas saja pelayanan imunisasi terhenti namun juga
pelayanan imunisasi anak sekolah. Puskesmas sudah memiliki rencana ke
depan untuk melakukan tindak lanjut (action plan) mengingat sekolah pun belum buka
memasuki tahun ajaran baru dan tentunya akan memberikan layanan imunisasi anak
sekolah (BIAS program) di komunitas. Ini akan menjadi tantangan tersendiri untuk
puskesmas dan pentingnya dukungan dari lintas sektor seperti kelurahan,
kecamatan dsb.
Memberikan layanan imuniasi anak sekolah di komunitas tentu akan sangat berbeda dengan memberikan layanan di sekolah. Sebagai ilustrasi sebuah sekolah dengan jumlah siswa misalnya 500 anak dan kita memberikan layanan imunisasi di komunitas pasti akan sangat padat. Saat ini kita masih berada di dalam masa new normal tentunya perlakuan dan aturannya pun akan berubah. Teknik pelaksanaan pun harus benar benar diatur agar meminimalkan social distancing, physical distancing dan tetap mengikuti protokol kesehatan memakai masker dan cuci tangan. Dan ini harus benar benar diperhatikan dan disiapkan dengan sungguh-sungguh.
Kolaborasi dengan lintas sektor pun harus dilakukan untuk mensukseskan pelayanan imunisasi anak sekolah di komunitas. Kita sangat membutuhkan peran lintas sektor diluar kesehatan untuk menyiapkan ruangan yang luas, berventilasi cukup, mengatur antrian dengan tertib dan kolaborasi dengan sekolah pun meminta data murid untuk menghitung jumlah kebutuhan vaksin dan logistik. Perencanaan yang matang sangat menentukan keberhasilan program BIAS di komunitas.
Peran kader kesehatan pun sangat dibutuhkan untuk membantu pencatatan data anak, mengarahkan sasaran ke masing masing meja posyandu dan yang terpenting kader itu harus dilibatkan karena merekalah yang benar benar tahu sasaran di daerah tempat tinggalnya. Kader juga bisa berperan untuk mendaftarkan sasaran misalnya sebelum mendapatkan layanan kesehatan. Terlihat kecil memang peran kader namun sangat berarti bagi para petugas kesehatan di lapangan.
Tetaplah berjuang para pahlawan untuk menyehatkan generasi bangsa.
Dahlia L. Silitonga
Comments