Uang, tak pernah cukup
Siapa yang tak kenal dengan uang mulai dari anak anak hingga lansia pasti kenal dan senang dengan uang. Dengan memiliki uang, kita bisa membeli bahan makanan yang kita butuhkan, berbelanja pakaian, bersekolah dan semua kesenangan lain yang bisa kita lakukan. Tak pernah ada yang salah dengan memiliki uang atau menjadi kaya. Tetapi yang salah adalah sikap hati kita ketika kita lebih mencintai uang, mencintai diri kita sendiri daripada Sumber Pemberi Berkat dan sesama.
Uang juga bersahabat erat dengan erat dengan sikap konsumerisme. Banyak iklan di media yang menawarkan berbagai produk yang menggiurkan dan membuat kita tergoda untuk membeli yang bukan kebutuhan kita. Metode pengiriman dan pembayaran pun semakin dipermudah dan membuat pembeli merasa nyaman namun hati hati, konsumerisme itu juga merupakan penyakit jiwa yang tanpa kita sadari memasuki kehidupan sehari hari kita. Sekarang orang juga sudah sangat familiar dengan istilah uang elektronik dan mungkin di masa mendatang, uang elektronik inilah yang akan sering digunakan.
Sikap mencintai uang juga membuat kita lupa berbagi terhadap sesama, memikirkan hanya untuk kepentingan diri sendiri dan egosentris. Sikap mencintai uang pun bisa membuat orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dengan cara tidak benar, misalnya dengan menipu orang, mencuri. Sikap mencintai uang pun menimbulkan sikap keserakahan yang berujung pada kalimat tak pernah ada kata cukup untuk uang.
Semoga tulisan ini membuat kita semua semakin berintrospeksi diri, apakah tujuan hidup kita, bukankah kita datang ke dunia tanpa membawa apa apa dan pergi pun juga tidak membawa apa apa, marilah kita mengelola dan memakai uang yang kita miliki dengan bijaksana.
Salam literasi.
Dahlia L. Silitonga
Comments