Merawat bangsa sebuah perjalanan


Serpong, 31 Mei 2020

Ku tuliskan dengan cinta sebuah ulasan singkat atas dedikasi para tenaga kesehatan di masa kolonial Belanda dan kemerdekaan hingga masa kini khususnya di masa pandemik pengorbanan para tenaga kesehatan, semoga selalu menginspirasi kita untuk selalu berbuat kebaikan dan memotivasi kita untuk berkarya dalam kehidupan nyata.


 Dalam buku ini, Hans Pols menuliskan secara eksplisit perjalanan sejarah di masa kolonial dan kemerdekaan yang diwarnai dinamika politik peran para dokter Hindia Belanda dan dilanjutkan oleh para dokter Indonesia, telah berjasa merintis pendidikan Kesehatan Masyarakat dan fundamental dunia kesehatan di Indonesia.

Merawat bangsa, sebuah judul yang tepat untuk menggambarkan pergerakan dan perjuangan para dokter Indonesia dimulai dengan Budi Utomo (20 Mei 1908) yang menjadi gerakan nasionalis para dokter, politik etis dan pemberantasan penyakit malaria. Kehidupan para pelajar pun turut dituliskan dan disertakan dengan gambar masa pengajaran di tengah tantangan penjajahan kolonial Belanda. Apakah yang diharapkan dari pelajar di era penjajahan tak lain adalah sebuah perubahan yang mendorong mereka untuk bergerak maju. Di dalam buku ini digambarkan dengan jelas hubungan politik etis yang telah membawa perubahan sikap para dokter di Budi Utomo.

Pendidikan bidang kesehatan yang dimulai secara sederhana sejak tahun 1851, berdirinya STOVIA di Jakarta, NIAS di Surabaya, Eijkman dan kelanjutannya merupakan bukti nyata perkembangan sejarah yang menarik untuk diikuti. Semua tergambar dengan jelas pada Bab 2 sampai Bab 9.

Ada satu kejadian yang sangat menarik di dalam buku ini diceritakan mengenai kampanye vaksinasi cacar besar besaran di abad ke 19 bahwa yang menjadi dasar adalah perhatian munculnya wabah pada penduduk pribumi ada ketika mengancam kaum Hindia Belanda di Indonesia, penelitian parasitologi juga telah membuka cara pandang baru yang menghubungkan penyakit tropis dengan parasit, mikroorganisme dan vektor penyakit lainnya dan bukan terletak pada perbedaan antara iklim dan karakter fisik (ras) yang berbeda. Pada tahun 1880-an, para intelektual Indonesia mulai memandang kemajuan dan pembangunan sebagai cara untuk mewujudkan nuansa modern di koloni. Pengobatan modern dengan teknik yang ampuh dalam pemberantasan penyakit tampil jauh lebih unggul daripada pengobatan tradisional yang sudah menjadi tradisi. Lalu kita akan mulai mempertanyakan manfaat pengobatan tradisional, tradisi dan hierarki sosial.

Kejadian lain yang dirasakan pengaruh dan dampaknya dalam ilmu kedokteran pencegahan yang merupakan bagian dari Kesehatan Masyarakat mulai diperkenalkan di Hindia Belanda dan di adopsi menjadi satu bidang keilmuan tersendiri saat ini. Bermula dari kedatangan pejabat Belanda ke daerah tropis dan di daerah berawa rawa.

Di akhir bab, juga dituliskan peran kesehatan global di masa wabah flu burung H5NI dan menjadi sangat relevan dengan kondisi pandemik Covid 19 saat ini. Pada zaman kolonial, para dokter Indonesia rupanya menyenangi menulis dan mengirim tulisan artikel di surat kabar, majalah, berpartisipasi dalam kegiatan politik dan menganjurkan kebijakan kesehatan. Pada pergantian abad ke-21, ketika konsep kesehatan global menggantikan kesehatan internasional, organisasi kesehatan internasional semakin menggantikan peran dokter dokter Indonesia. Dalam prakteknya, kesehatan global tampaknya meniru pengobatan kolonial dan berfokus pada penanganan penyakit yang mengancam populasi penduduk Eropa dan hanya memberi ruang yang terbatas bagi para dokter Indonesia. Dengan demikian metode kolonial dalam bahasa kekinian saat ini disebut sebagai humanitarisme dan biosekuritas dan dibalut dengan asumsi keahlian, kompetensi dan dedikasi di dalam dunia kontemporer kita.

Bagaimanapun ada sisi positif yang kita ambil dari masa penjajahan khususnya di bidang kesehatan bila kita membandingkan dengan negara yang tidak mengalami penjajahan di Asia seperti Cina dan Jepang, mereka berupaya keras untuk mengimpor ilmu kedokteran dari negara negara Eropa barat dan mempelajarinya untuk diterapkan di negaranya masing masing, melakukan riset sesuai atau tidak dengan kondisi epidemiologi di negaranya. Semua negara yang pernah mengalami masa penjajahan oleh negara negara barat telah mendapatkan keuntungan karena kita tidak perlu mengimpor apapun tetapi mereka justru hadir, merasakan kondisi kesehatan di negara tropis dan juga turut mempelajari wabah penyakit cacar, malaria serta turut mencarikan solusinya bersama para dokter Indonesia.

Salam literasi.

Dahlia L. Silitonga




Comments

Pensil Ajaib said…
First comment hehehe...
Keren gaya bahasanya
Mr. Sai said…
I wish it could give solution to our nation
I hope so, thank you for coming, :)
Ada banyak paradigma yang hadir. Semoga memberikan titik terang sebagai penanganan atas musibah yg dihadapi.

Popular posts from this blog

Mimpi Punya Laptop Asus

Hujan di bulan Desember

Tematik: Poster Menjaga Kebersihan