Webinar Dukungan Psikologi Awal (DPA) bagi Anak & Orangtua

 


Kemarin sore aku mengikuti webinar DPA (Dukungan Psikologis Awal) sebagai cara praktis atasi stres pada orangtua dan anak akibat terlalu lama belajar di rumah. Webinar kali ini disponsori oleh organisasi nirlaba IIEF, lembaga pemberi beasiswa dan Ibu Frieda M. Mangunsong. Acara webinar dihadiri oleh 360 peserta dan dimodetori oleh Ibu Gloria Siagian selama 2 jam.

Ibu Frieda membuka materi dengan memberikan kami 10 pertanyaan kuis yang harus dijawab oleh peserta dengan kondisi yang sebenarnya. Kuis tersebut memiliki bobot nilai pada masing-masing jawaban. Kuis ini sangat interaktif karena peserta diminta untuk menuliskan jawaban dan menjumlahkan skor nilai. Lalu presentasi dilanjutkan dengan gaya pengasuhan yang dibedakan secara garis besar adalah parenting control dan kehangatan emosional (mendidik dengan hati). Ada banyak faktor yang mempengaruhi gaya pengasuhan: kondisi sosial ekonomi, faktor budaya, psikologis dan karakteristik pribadi. Faktor psikologis itu sendiri terdiri dari faktor orangtua dan anak yang secara berbeda berkontribusi yang diterapkan kepada anak.

Pengasuhan masa kini telah dilakukan sebuah penelitian, responden penelitian dibagi menjadi 3:  digital enablers (yang membebaskan anaknya bermain gadget), digital limiters (meminimalisir penggunaan gadget) dan digital mentors (mendampingi anak mengakses internet). Ternyata hasilnya anak yang diminimalisir penggunaan internetnya justru rentan terhadap penyalahgunaan internet (pornografi, hate speech dll). Melindungi anak dari internet terlihat positif namun dampaknya bersifat sementara. Setelah beranjak dewasa dapat mengakses internet sendiri, mereka tidak dibiasakan dan tidak memahami cara menggunakan internet secara positif.

Tips Pengasuhan Bijak di Era Digital:

1. Perkaya pengetahuan mengenai  penggunaan gadget dan media sosial

2. Seleksi konten yang sesuai dengan usia anak

3. Tetapkan aturan penggunaan gadget: kebutuhan, tanggung jawab, konsekuensi

4. Dampingi anak untuk verifikasi informasi yang tersebar di media sosial

5. Dampingi anak untuk memilih konten yang dapat atau tidak dibagikan di media sosial

6. Mengajak anak untuk menggunakan media sosial yang produktif (belajar keterampilan baru)

Apa saja sumber stress bagi anak dan orangtua. Bagi orangtua adalah ketidaksiapan mendapat role mendadak sebagai guru, tidak mudah sabar dalam mendampingi anak. Bagi anak tentunya tidak bisa bertemu teman atau guru favorit, keterbatasan ruang dan gerak yang memicu perasaan negatif dan kejenuhan karena kegiatan yang monotan dan cemas dengan virus Covid 19.

Mari kita samakan persepsi stres: stres bukan merupakan emosi tetapi berdampak pada kondisi emosi, stres bisa terjadi di masa-masa transisi atau saat ada perubahan tertentu. Pengaruh stress berkepanjangan bisa mengganggu sistem-sistem imun tubuh. Kita tidak bisa menghilangkan stres tapi bisa mengubah persepsi kita tentang stres secara positif. Stres bisa berdampak positif atau negatif tergantung dari cara kita memaknainya. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengelola stres: terkoneksi dengan orang lain, melakukan perenggangan, relaksasi, mindful, menjaga nutrisi makanan, dll.

Apa itu DPA (dukungan psikologis awal): sebuah respon yang bersifat manusiawi dan suportif kepada sesama yang mengalami situasi sulit dan membutuhkan dukungan (IASC, 2011).Lakukan dengan persiapan diantaranya: 

1. Kenali kekuatan dan kelemahan diri

2. Kenali situasi dan konteks yang dialami

3. Mulai kontak dengan empati dan mindful

Strategi melalui penerapan LOOK (observasi perilaku anak), LISTEN (mendengar dengan hati), LINK  (mencari alternatif pilihan) dengan masing-masing tujuan spesifik.

Untuk lebih lengkapnya bisa melihat dari link you tube di bawah ini:


Salam literasi digital,

Dahlia L. Silitonga



Comments

Pak D Susanto said…
Look, Listen, Link. Perlu diaji lebih jauh lagi.
Terima kasih sudah berbagi.

Popular posts from this blog

Mimpi Punya Laptop Asus

Hujan di bulan Desember

Tematik: Poster Menjaga Kebersihan